Kamis, 25 November 2010

Mengolah Kopra Di Bawah Gemercik Hujan, Pilihan Hidup Terakhir Bagi St. Aminah & Keluarga

Sepenggal Catatan : Kado Peringatan Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar ke 405
 Hari Minggu, (21/11) 2010 siang, langit Bumi Tanadoang kembali berselimut awan gelap. Gemercik hujan, tampak membasahi ruas jalan Ahmad Yani  ke arah selatan RSUD Kepulauan Selayar, tatkala wartawan Media Contrend Of Indonesia melintas menuju poros jalan S. Parman.
Hingga pandangan MCI tertuju ke sebuah areal lahan tanah kosong yang tepat berada di sisi kiri jembatan baru menuju rumah sakit. Dari kejauhan, sayup-sayup tampak seorang wanita paruh bayah, sedang menggenggam sebilah parang panjang terhunus ditangannya.
Sedang disampingnya, mengepul asap tebal dari kayu-kayu basah  dari kolong pembakaran kopra yang baru saja usai diguyur hujan deras. Sejurus kemudian, MCI mencoba mendekati petani kopra tersebut dan sejenak mencoba untuk berbincang.
Dari perbincangan dibawah gemercik hujan hari itu, “petani kopra wanita bernama St. Aminah ini, dengan polos menuturkan, “beginilah kehidupan kami, warga kecil, yang tak pernah makan gaji dari pemerintah. Demi untuk mendapatkan sesuap nasi, kami harus rela banting membanting tulang di bawah guyuran hujan deras seperti hari ini,” ucapnya lirih.
Berikut, Laporan : Fadly Syarif
              
Demi untuk menyambung kelangsungan hidup kelaurga dan membiayai pendidikan dua orang anaknya yang sementara duduk di bangku SMA Muhammadiyah Kabupaten Kepulauan Selayar. Didampingi suaminya, St. Aminah, yang sehari-harinya tinggal berdomisili di ruas jalan S. Parman Benteng Selayar, wanita berusia senja ini, harus rela membating tulang dan memeras keringatnya mengolah kopra di bawah guyuran rintik hujan yang membasahi langit Bumi Tanadoang hari Minggu, (21/11) 2010 siang.
Profesi mengolah kopra mulai digelutinya sejak tahun 1970-an bertempat di tanah kelahirannya, Kolo-Kolo, Kecamatan Bontoharu. Bahkan St. Aminah, tak sedikitpun pernah bergeming menghadapi pasang surut harga kopra pada musim lebaran yang tidak jarang dimainkan oleh para pedagang penampung di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Bermodal tanah pinjaman dari seorang pensiunan TNI-AD, St. Aminah dan keluarganya memulai hidup dengan menggarap lahan perkebunan jambu mente dan pohon kelapa yang hasilnya diolah menjadi kopra. Namun, karena alasan ingin merasakan hidup di wilayah perkotaan, dan mendekatkan diri dengan pasar ibukota kabupaten, dia pun hijrah meninggalkan lingkungan Kolo-Kolo dan lebih memilih tinggal di Jl. S. Parman.
Sementara, ratusan batang pohon kelapa, dan jambu mente yang pernah diolahnya terpaksa harus dibarter dengan batu merah dari pemilik lahan tanah garapannya selama ini.  Meski hidupnya sebagai pengolah kopra, tak sedikitpun pernah berubah.
Saat disambangi wartawan sesekali, dia terlihat menyeka air hujan, dan keringat, yang mengucur deras dari wajahnya. Wanita paruh bayah ini, seakan sama sekali tidak memperdulikan kepulan asap tebal,  serta, pasang surut nyala api dari pembakaran kopra yang tak berada jauh dari tempatnya berdiri.      
Semua itu dilakukannya, demi untuk mendapatkan sesuap nasi dari hasil mengolah kopra yang konon harganya  mencapai lima ratus lima puluh rupiah perkilonya.
Harga ini sedikit mengalami peningkatan dari harga sebelumnya, yang hanya mencapai, tiga ratus lima puluh rupiah perkilo. Untung saja, proses pembakaran kopra di ruas jalan S. Parman cukup ditunjang oleh ketersediaan kebutuhan kayu maupun bambu-bambu bekas yang banyak berserakan di sekitar jembatan baru menuju RSUD Kepulauan Selayar itu.
Setelah kering dan dijual ke pedagang penampung, harga kopra ini masih harus dibagi dua kepada sepupu dua kalinya.  sebagai pemilik 400 biji buah kelapa olahannya. Hasil pembagian harga kopra tersebut kemudian digunakannya untuk membeli kebutuhan beras, gula, dan kebutuhan hidup sehari-hari lainnya.
Tidak biasanya, St. Aminah mengolah kopra dalam jumlah sedikit yang hanya mencapai 400 biji. Lantaran pengaruh panas matahari berkepanjangan yang turut serta mempengaruhi menurunnya produksi buah kelapa di Kabupaten Kepulauan Selayar.  (fadly syarif) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar