Sabtu, 27 November 2010

Selamat Kepada Pemimpin Baru Selayar



Beberapa pekan lalu saya dapat undangan dari Ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar yang ditandangani ketuanya Bapak Hasanuddin Chaer. Isinya, menghadiri pelantikan Bupati terpilih Selayar, Drs. Syahrir Wahab dan wakilnya Syaiful Arif, SH oleh GUbernur Sulsel Dr.Syahrul Yasin Limpo pada tanggal 30 September 2010. Ada tulisan VIP di sudut undangan itu. Namun karena alasan bertepatan dengan agenda kegiatan, saya relakan kursi saya kosong.
Sedih tidak bisa hadir tapi tak apa, toh tidak mengurangi apresiasi dan kecintaan saya pada pulau eksotis tempat pertama kali melakukan riset kelautan, bekerja dan mengenal banyak sahabat sejak tahun 1995.
Sosok Bupati terpilih (incumbent sekaligus mantan Sekretaris Daerah di Kabupaten Jeneponto, kelahiran Pulau Kayuadi) mendapat pujian utamanya dari warga pesisir dan pulau-pulau di Selayar.  Beliau dianggap telah membuka akses yang sangat luas bagi tumbuhkembangnya perekonomian pesisir. Berbagai fasilitas publik dan sarana prasarana kesehatan, pendidikan dan infrastruktur penunjang mobilitas antar pulau menjadi tanda kesuksesannya.
Sedangkan wakilnya, Syaiful Arif, alumni Fakultas Hukum, Universitas Gajah Mada merupakan birokrat karir sekaligus ustadz yang dikagumi di daratan utama Selayar maupun kepulauan. Sosoknya tenang dengan pengalaman di dunia birokrasi yang sangat cemerlang.  Dengan beliau, saya mempunyai kesan mendalam.
Saat bekerja di program COREMAP I(1999-2003) sebagai Capacity Building Mediator  (Community Liaison) untuk Kabupaten Selayar, saya diajak beberapa kali ikut menemaninya ceramah di kampung-kampung. Setiap ada acara agama semisal maulid Nabi Muhammad, selalu mengajak. Mobil dinas Bupati sebelumnya HM Akib Patta beberapa kali saya tumpangi ke desa bersamanya.
Bersama beliau pulaulah saya diajak mengunjungi Pulau Kayuadi untuk pertama kalinya di tahun 2003. Saat itu beliau adalah kordinator Monitoring Controlling and Surveillance (MCS) COREMAP I. Dengannya, kordinasi dan konsolidasi atas aparat penegak hukum di Selayar untuk berhimpun membahas dan mengawasi implementasi MCS. Sebagai pemimpin beliau sukses mengkordinasi aparat Jagawana Taman Nasional, Angkatan Laut, Babimmas Kepolisian dan Babinsa TNI di dalam wilayah operasi COREMAP. 
Pengalamannya di dunia kewartawanan (beliau adalah kontributor Harian Pedoman Rakyat di Selayar), ketua KPPSI Selayar (Persiapan Syariat Islam) serta anggota ICMI memberinya banyak kemungkinan untuk memediasi berbagi pihak dengan bijak.
Saya berikan apresiasi juga kepada dua kandidat lainnya, Ince Langke Ince Alang dan Hj. Nur Syamsina Aroeppala. Ince Langke adalah politisi kawakan yang teguh pendirian dan taktis. Dengan pendiriannya itu beliau rela meninggalkan kursi anggota DRPD Propinsi untuk maju di Pemilukada Selayar tahun ini. Saya pernah berbincang dengannya (masih saat bekerja di COREMAP I) dan merekam kemampuan analisas dan ide yang brillian terkait pengembangan Selayar. 
Sosok kedua, Ibu Nur Syamsina (kami kerap memanggilnya Ibu Ina), bukan sosok sembarangan. Beliau adalah wanita dengan latar pendidikan dan pengalaman managerial yang mumpuni. Pengalamannya bekerja dengan Tanri Abeng sangat mempengaruhi cara pandangannya tentang bagaimana organisasi pemerintahan yang efektif. Beliau punya visi yang kuat dan tajam. Saat berbincang dengannya hampir tiga jam di rumah dinasnya di Kota Benteng, saya takjub pada visi-misi dan ekspektasinya tentang bagaimana Selayar yang mandiri, modern dan kuat sebagai satu sistem sosial (civil society).
Begitulah, mari kita ucapkan selamat kepada Bupati dan Wakil Bupati terpilih juga kepada kandidat yang belum sempat menarik simpati dan suara politik warga Selayar. Kedua calon lainnya, bisa jadi hadir pada momen yang belum pas untuk menjadi Bupati terpilih. Tapi, kapasitas mereka tidak boleh dipandang remeh.
Dalam beberapa dialog dengan warga Selayar dan hampir semuanya menyatakan puas atas kinerja Bupati terpilih (incumbent). Tetapi bukan pemerintahan jika semua pihak puas, bengkalai tentu masih ada dan butuh komitmen mereka berdua. Semisal, penanganan pasar lama Kota Benteng yang belum tuntas. Juga, disparitas porsi penganggaran infrastruktur antar wilayah serta upaya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia (capacity building) yang belum optimal, juga masih lambannya perbaikan kualitas lingkungan pesisir dan laut sebagai modal ekonomi jangka panjang mereka.(*) 
Sekali lagi, selamat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar